Langsung ke konten utama

Psikologi Belajar Matematika {Jenis-jenis kesulitan belajar dan bagaimana anak belajar matematika}


JENIS-JENIS KESULITAN BELAJAR DAN
BAGAIMANA ANAK BELAJAR MATEMATIKA

Pengertian matematika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh tim penyusun kamus Pusat Pembinaan dan Perkembangan Bahasa disebutkan bahwa Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah bilangan (1991:637). Dalam buku Metodik Matematika, yang diterbitkan oleh Bagian Proyek Pengembangan Mutu Pendidikan Guru Agama Islam disebutkan bahwa matematika merupakan suatu pengetahuan yang di peroleh melalui belajar baik yang berkenaan dengan jumlah, ukuran-ukuran, perhitungan dan sebagainya yang dinyatakan dengan angka-angka atau simbol- simbol tertentu (1982/1983:31).
Banyak orang yang mempertukarkan antara Matematika dengan Aritmatika atau berhitung. Padahal, matematika memiliki cakupan yang lebih luas dari pada aritmatika. Aritmatika merupakan bagian dari Matematika. Dari berbagai bidang studi yang diajarkan disekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa, baik yang tidak berkesulitan belajar dan lebih-lebih yang mempunyai kesulitan dalam belajarnya. Menurut Johnson dan Myklebust (1967:244), Matematika adalah simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan kuantitatif dan keruangan yaitu menunjukan kemampuan strategi dalam merumuskan, menafsirkan dan menyelesaikan model matematika dalam pemecahan masalah, sedangkan fungsi teoritisnya untuk memudahkan berfikir. Dalam hal ini menunjukan pemahaman konsep matematika yang dipelajari, mengkominikasikan gagasan dengan simbol, tabel, grafik, atau diagram untuk menjelaskan keadaan atau masalah.
Menurut Paling, matematika adalah suatu cara untuk menemukan suatu jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan pengetahuan tentang menghitung dan yang paling penting adalah memikirkan dalam manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk menemukan jawaban atas tiap masalah yang dihadapinya, manusia menggunakan: 1) informasi yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi, 2) pengetahuan tentang bilangan, bentuk dan ukuran, 3) kemampuan untuk menghitung, dan 4) kemampuan untuk mengingat dan menggunakan hubungan-hubungan. 
Dari berbagai pendapat tentang hakikat matematika yang telah dikemukakan menunjukkan bahwa secara kontemporer pandangan tentang hakikat matematika lebih ditekankan pada metodenya dari pada pokok persoalan matematika itu sendiri (Abdurrahman. 2003:252).

Menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya menjelaskan faktor kesulitan belajar dari anak didik meliputi:

1.     Faktor Anak Didik
Anak didik adalah subjek dalam belajar. Dialah yang merasakan langsung penderitaan akibat kesulitan belajar. Kesulitan belajar yang dialami oleh anak didik tidak hanya bersifat menetap, tetapi juga yang bisa dihilangkan dengan usaha-usaha tertentu (Djamarah, 2002:203). Faktor penyebab kesulitan belajar anak didik ini adalah: a) inteligensi (IQ) yang kurang baik, b) bakat yang kurang atau tidak sesuai dengan bahan pelajaran yang diberikan oleh guru, c) aktifitas belajar yang kurang, lebih banyak malas daripada melakukan aktifitas belajar, d) kebiasaan belajar yang kurang baik, belajar dengan penguasaan ilmu pengetahuan pada tingkat hafalan tidak dengan pengertian, dan e) tidak ada motivasi dalam belajar, sehingga materi pelajaran sukar diterima dan diserap oleh anak didik.

2.     Faktor Sekolah
Sekolah adalah lembaga pendidikan formal tempat pengabdian guru dan rumah rehabilitasi anak didik. Sebagai lembaga pendidikan yang besar tentunya sekolah juga mempunyai dampak yang besar bagi anak didik. Kenyamanan dan ketenangan anak didik dalam belajar sangat ditentukan oleh kondisi dan system sosial dalam menyeiakan lingkungan yang kondusif. Bila tidak, sekolah akan ikut terlibat menimbulkan kesulitan belajar bagi anak didik. Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dari sekolah seperti :  a) pribadi guru yang tidak baik, b) guru yang tidak berkualitas dalam pengambilan metode yang digunakan dalam mengajar, c) suasana sekolah yang kurang mnyenangkan, misalnya bising karena letak sekolah berdekatan dengan jalan raya, d) waktu sekolah dan disiplin yang kurang, dan e) perpustakaan belum lengkap dengan buku-buku pelajarannya untuk anak didik (Djamarah, 2002:207).



Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono dalam bukunya menjelaskan bahwa faktor penyebab kesulitan belajar meliputi:

1.     Fakttor Intern
Faktor Intern, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri manusia itu sendiri dalam hal ini yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang meliputi:

a.     Faktor Fisiologis
Seorang yang sakit akan mengalami kelemahan fisiknya, sehingga saraf sensoris dan motorisnya lemah. Akibatnya rangsangan yang diterima melalui indranya tidak dapat diteruskan ke otak. Lebih-lebih sakitnya lama, sarafnya akan bertambah lemah. Anak yang kurang sehat juga dapat mengalami kesulitan belajar, sebab ia mudah capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang kurang semangat, pikiran terganggu. Karena hal-hal tersebut maka dalam penerimaan pelajaran pun kurang karena saraf otak tidak mampu bekerja secara optimal memproses, mengelola, menginterpretasi dan mengorganisasi bahan pelajaran melalui indranya. Oleh karena itu, seorang guru atau petugas diagnistik harus meneliti kadar gizi makanan dari anak. Di samping itu, cacat tubuh dibedakan atas: a) Cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan dan gangguan psikomotor.  b) Cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu, hilang tangannya dan kakinya.

b.     Faktor Psikologis
Inteligensi ialah kemampuan yang dibawa sejak lahir yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Dalam hubungannya dengan anak didik, hal ini sering dikaitkan dengan berhasil tidaknya anak dalam belajar di sekolah. Anak yang IQ-nya tinggi dapat menyelesaikan segala persoalan yang dihadapi. Semakin tinggi IQ seseorang akan makin cerdas pula. Mereka yang mempunyai IQ kurang dari 90 tergolong lemah mental (mentally defective). Anak inilah yang mengalami kesulitan belajar. Bakat adalah kemampua potensial yang dimiliki oleh seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap individu mempunyai bakat yang berbeda-beda. Bakat dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar anak didik.



Seseorang akan mudah mempelajari sesuatu sesuai dengan bakatnya. Apabila seorang anak harus mempelajari bahan yang lain dari bakatnya akan cepat bosan, mudah putus asa, tidak senang. Hal- hal tersebut akan tampak pada anak yang suka mengganggu kelas, berbuat gaduh, tidak mau belajar sehingga nilainya rendah. Tidak adanya minat seseorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan bakat nya, tidak sesuai dengan kebutuhannya, tidak sesuai dengan kecakapan, tidak sesuai dengan tipe-tipe khusus anak banyak menimbulkan problem pada dirinya. Karena itu pelajaran pun tidak pernah terjadi proses dalam otak, akibatnya timbul kesulitan belajar (Ahmadi dan Widodo Supriyono, 2004:83).
Motivasi sebagai faktor inner (batin) berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya. Seorang yang besar motivasinya akan giat berusaha, tampak gigih, tidak menyerah, giat membaca buku untuk meningkatkan prestasinya. Sebaliknya mereka yang motivasinya lemah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran, suka mengganggu kelas, sering meninggalkan pelajaran akibatnya banyak mengalami kesulitan belajar.

2.    Faktor Ekstern
Faktor ekstern, yaitu faktor yang berasal dari kuar diri manusia itu sendiri dalam hal ini yang berasal dari luar diri siswa sendiri yang meliputi:
a.     Fakttor Keluarga
Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama. Keluarga juga merupakan salah satu penyebab kesulitan belajar. Yang termasuk dalam faktor keluarga ini adalah : 1) kewajiban dari orang tua adalah mendidik anaknya. Orang tua yang kurang/tidak memperhatikan pendidikan anaknya, mungkin acuh tak acuh, tidak memperhatikan kemajuan belajar anak-anaknya akan menjadi penyebab kesulitan belajarnya. Hubungan antara orang tua dengan anak juga harus harmonis. Karena hal ini juga membantu keberhasilan dalam belajar mereka, 2) Suasana rumah yang ramai atau gaduh tidak mungkin membuat anak akan dapat belajar dengan baik. Anak akan terganggu konsentrasinya, sehingga sukar untuk belajar. Oleh karena itu suasana rumah harus dibuat menyenangkan, tentram, damai dan harmonis, 3) Biaya merupakan faktor yang sangat penting bagi kelangsungan pendidikan anak. Misalnya untuk membeli peralatan sekolah seperti buku, pensil dan lain sebagainya. Karena kurangnya biaya maka pendidikan mereka juga akan terhambat, 4) Sekolah merupakan salah satu tempat anak-anak dalam menuntut ilmu. Unsur-unsur yang ada didalamnya pun juga berpengaruh dalam  keberhasilan belajar siswa. Di antaranya guru, sarana/prasarana, kondisi gedung sekolah, kurikulum yang digunakan, waktu yang kurang disiplin (Ahmadi dan Widodo Supriyono, 2004:91).

b.     Media massa dan lingkungan sosial
Media massa seperti TV, bioskop, tabloid, komik sangat mempengaruhi proses belajar anak. Semakin seringnya anak menonton TV/bioskop, membaca komik dan lain sebagainya membuat anak akan semakin malas untk belajar. Di samping itu, lingkungan sosial seperti teman bergaul, keadaan masyarakat, pengaruhnya sangat besar dan lebih cepat masuk dalam jiwa anak. Hal ini juga merupakan penyebab anak mengalami kesulitan belajar serta akan menghambat proses hasil belajar anak.
Setelah membahas jenis-jenis kesulitan anak dalam belajar matematika, sekarang saya akan menjabarkan cara mengajari anak agar menyukai matematika.
1.      Buat Anak Menganggap Matematikan sebagai Pelajaran yang Menyenangkan
Anak tidak menyukai matematika karena pelajaran satu ini terbilang sulit dan rumit. Oleh karena itu, ibu perlu menanamkan pada Si Kecil bahwa belajar matematika itu adalah hal yang menyenangkan
Caranya mudah, kok. hanya perlu menciptakan suasana yang nyaman dan santai. Dengan begitu, anak tidak akan merasa tegang saat belajar. Suasana yang terlalu tegang justru akan membuat ia sukar untuk memahami materi yang sedang diajarkan. Metode belajar sambil bermain masih menjadi favorit anak-anak lho, dan ibu bisa menerapkannya saat mengajarinya pelajaran matematika.

2.      Terapkan pada Kehidupan Sehari-Hari
Angka dan angka, itulah yang selalu ada di benak anak-anak saat mereka belajar matematika. Tak mengeherankan jika Si Kecil akan cepat merasa jenuh dan bosan. Terlebih lagi, penerapan matematika dalam kehidupan yang belum tentu banyak.
Solusinya, ibu bisa membuat anak suka matematika dengan memberitahu Si Kecil pengaruh penting matematika dalam kehidupan harian anak. Misalnya, ibu mengambil dua buah jeruk dari dalam keranjang yang sebelumnya berisi 10 buah. Tanyakan padanya, berapa sisa jeruk yang ada di keranjang.


3.      Meningkatkan Kepercayaan Diri pada Anak
Meski jarang, ibu pasti pernah mendapati bahwa nilai ujian matematika Si Kecil jelek atau merah. Ibu mungkin tidak memarahinya, tetapi pasti muncul perasaan kecewa dan kesal serta malu karena anak tidak berhasil mendapatkan nilai bagus dalam pelajaran berhitung itu.
Ibu hanya perlu lebih memotivasi dan mendukung Si Kecil agar bisa belajar lebih giat lagi. Dengan begitu, ia bisa memperbaiki nilai merahnya. Jika perlu, temani ia saat belajar matematika, sehingga ibu bisa mengetahui bagian mana yang tidak ia pahami dan membantu memberikan penyelesaian termudah. Ibu juga bisa membangkitkan semangat belajar anak dengan iming-iming hadiah. Meningkatkan kepercayaan dirinya tentu penting agar ia tak merasa malu dan minder pada teman lain yang nilainya lebih tinggi.

4.      Berikan Contoh Soal-Soal Matematika dalam Bentuk Cerita
Dibandingkan dengan angka, anak tentu lebih menyukai membaca cerita. Ini akan membuat anak lebih bisa membayangkan karakter yang berada di dalamnya. Kondisi ini tentu bisa ibu gunakan sebagai metode belajar matematika yang mudah untuk anak.
Ibu hanya perlu membuat beberapa soal cerita matematika. Meski pada akhirnya anak tetap akan menghitung angka-angka, cara ini jauh lebih baik dalam membuat anak suka matematika dibandingkan dengan langsung melakukan perhitungan manual. Cara ini pun bisa membuat anak beranggapan bahwa pelajaran matematika tidak sesulit yang ia bayangkan selama ini.

5.      Pilih Metode Belajar yang Tepat
Memelajari angka bukan hal yang mudah dipahami dalam waktu singkat. Tentu saja, anak membutuhkan proses yang lebih panjang. Ibu pun memerlukan kesabaran ekstra dalam mendampinginya belajar.
Oleh karena berhubungan dengan hitungan yang sedikit kompleks, ibu harus pandai-pandai memilih metode belajar untuk sang buah hati. Pelajaran matematika tentu lebih banyak membutuhkan latihan mengerjakan soal dibandingkan dengan hafalan. Maka dari itu, berikan Si Kecil buku soal untuknya berlatih setiap hari.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
https://www.halodoc.com/5-cara-mengajari-anak-suka-matematika

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Psikologi Belajar Matematika {Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran matematika}

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar Matematika Faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa meliputi faktor kesiapan, faktor kognitif siswa, faktor motivasi dan faktor desain pembelajaran. Keempatnya saling berkaitan dan secara bersama-sama mendukung proses belajar matematika siswa. Berikut ini akan dijelaskan dengan uraian-uraiannya dan runtut beserta contoh-contoh pembelajaran matematika. Empat faktor tersebut antara lain: 1.         Faktor kesiapan belajar Faktor yang mempengaruhi proses belajar matematika adalah faktor kesiapan belajar. Menurut Slameto (2003: 113) mengemukakan kesiapan belajar adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberikan respon atau jawaban didalam cara tertentu terhadap situasi. Penyesuaian kondisi pada suatu saat akan berpengaruh atau kecenderungan untuk memberi respon. Kondisi yang dimaksud adalah kondisi fi...

RANGKUMAN MATERI OTONOMI DAERAH

Otonomi Daerah ·          Otonomi pada dasarnya berarti Pemerintahan sendiri ( KBBI ) ·          Daerah pada dasarnya berarti lingkungan pemerintah; wilayah meliputi kabupaten (provinsi, negara, dan sebagainya). ·          Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. ·          Konsep Otonomi Daerah, terdiri dari 7 poin dimana Pelaksanaan Otonomi daerah harus; (menurut UU no. 22 tahun 1999) 1.       dilaksanakan dengan memperhatikan aspek demokrasi, keadilan, pemerataan serta potensii dan keanekaragaman daerah. 2.       diadasarkan pada otonomi luas, nyata dan bertanggung jawab. 3.     ...

RANGKUMAN MATERI PEMILU

·          Pemilihan umum  (disingkat  Pemilu ) adalah memilih seseorang untuk mengisi jabatan politik tertentu.. ·          Pemilihan kepala daerah ( Pilkada  atau  Pemilukada ) dilakukan secara langsung oleh penduduk daerah administratif setempat yang memenuhi syarat Norma dalam sosiologi adalah seluruh kaidah dan peraturan yang diterapkan melalui lingkungan sosialnya. ·          Partai politik  adalah organisasi politik yang menjalani ideologi tertentu atau dibentuk dengan tujuan umum. ·          Representasi adalah sebuah proses ataupun keadaan yang ditempatkan suatu perwakilan terhadap suatu sikap/perbuatan dari sekelompok orang di dalam sebuah lingkungan. ·          Pemilu Legislatif adalah pemilihan untuk anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan P...